Pengertian, Landasan, Peran dan Fungsi Media VCD Dalam Pendidikan

Pengertian, Landasan, Peran dan Fungsi Media VCD Dalam Pendidikan 
1. Pengertian Media VCD Dalam Pendidikan
Kata media bukanlah kata asing bagi kita, tetapi pemahaman banyak orang tentang kata tersebut berbeda-beda. Ada yang mengartikan sebagai alat informasi dan komunikasi, sarana prasarana, fasilitas, penunjang, penghubung, penyalur dan lain-lain. Kata “media” berasal dari bahasa latin dan merupakan bentuk jamak dari “medium” yang secara harfiah berarti “perantara atau pengantar”. Dengan demikian, media merupakan wahana penyalur informasi belajar atau penyalur pesan. Media pendidikan merupakan seperangkat alat bantu atau pelengkap yang digunakan oleh guru atau pendidik, dalam rangka berkomunikasi dengan siswa atau peserta didik. Video Compact Disc (VCD) yang dalam kamus wikipedia Inggris didefinsikan: “Video Compact Disc is a standard digital format for storing video on a Compact Disc”. VCD adalah suatu standard format digital untuk menyimpan video pada suatu cakram ringkas (compact disc).

VCD and bassically it is a CD that contains moving pictures and sound. A CD has capacity to hold up to 74/80 minutes on 650MB/700MB CDs respectively of full motion video along with quality stereo sound.

Beberapa pengertian tentang media pembelajaran dapat dikemukakan sebagai berikut:
a. Segala jenis sarana pendidikan yang digunakan sebagai perantara dalam proses belajar mengajar untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi pencapaian tujuan instruksional mencakup media grafis termasuk gambar, media yang menggunakan alat penampil, peta, model, globe, dan sebagainya.

b. Peralatan fisik untuk menyampaikan isi instruksional termasuk buku, gambar, video, tape, slide, guru dan perilaku non verbal. Dengan kata lain media instruksional edukatif mencakup perangkat lunak (software) dan perangkat keras (hardware) yang berfungsi sebagai alat bantu.

c. Media yang digunakan dan diintegrasikan dengan tujuan dan isi instruksional yang biasanya sudah dituangkan dalam Garis Besar Pedoman Instruksional (GBPI) diadakan untuk mempertinggi mutu kegiatan belajar mengajar.

d. Sarana pendidikan yang digunakan sebagai perantara dengan menggunakan alat penampil dalam proses belajar mengajar untuk mempertinggi efektivitas dan efisiensi pencapai tujuan instruksional, meliputi kaset, slide, OHP, dan gambar.

Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran adalah sarana komunikasi dalam proses belajar mengajar yang berupa perangkat keras ataupunperangkat lunak untuk mencapai proses dan hasil instruksional secara aktif dan efisien, serta tujuan instruksional dapat dicapai dengan mudah.

Media lahir karena penerapan prinsip-prinsip teknologi instruksional, teknologi instruksional lahir karena adanya teknologi pendidikan. Karena media instruksional adalah lahir dari konsekuensi penerapan teknologi instruksional dan yang memanfaatkan media instruksional adalah mereka yang datang dari berbagai disiplin ilmu yang berbeda tetapi mempunyai kepentingan yang sama yaitu hal-hal yang berhubungan dengan interaksi antara manusia dan proses belajar-mengajar, maka timbulah banyak pendapat tentang arti media, diantaranya adalah :
1) Gene L. Wilkinson (1980) mengartikan media sebagai alat dan bahan selain buku teks yang dapat dipergunakan untuk menyampaikan informasi dalam suatu situasi belajar mengajar;
2) Gagne (1970), media adalah berbagai jenis komponen dalam lingkungan siswa yang dapat merangsang siswa untuk belajar; 
3) Wong, mengartikan media adalah sebagai alat atau mekanisme untuk menyalurkan pesan keindraan siswa/ sasaran didik. 
4) Media menurut Association of Education and Communication Technology yaitu segala bentuk dan saluran yang digunakan untuk menyalurkan pesan.
5) Briggs (1970) berpendapat bahwa media adalah segala alat fisik yang dapat menyajikan pesan serta merangsang siswa untuk belajar. Seperti: buku, film, kaset, dan sebagainya. Media elektronik (film, video).
6) Media adalah segala bentuk perantara yang dipakai untuk menyebar ide, sehingga ide atau gagasan itu sampai pada penerima (Santoso S.Hamijaya).
7) Media adalah chanel (saluran) karena pada hakekatnya media memperluas atau memperpanjang kemampuan manusia unruk merasakan, mendengar dan melihat dalam batas-batas jarak, ruang dan waktu tertentu. Dengan bantuan media batas-batas itu hampir menjadi tidak ada. (McLuahan).
8) Media adalah medium yang digunakan untuk memebawa/ menyampaikan sesuatu pesan, dimana medium ini merupakan jalan atau alat dengan suatu pesan berjalan antara komunikator dengan komunikan (Blake and Haralsen).
9) AECT menyatakan, media adalah segala bentuk yang dipergunakan u ntuk proses penyaluran informasi.
10) NEA ( National Education Association) berpendapat media adalah segala benda yang dimanipulasikan, dilihat, didengar, dibaca atau dibicarakan beserta instrumen yang digunakan untuk kegiatan tersebut. 
11) Menurut Donald P. Ely & Vernon S. Gerlach, pengertian media ada dua bagian, yaitu arti sempit dan arti luas. Arti sempit: bahwa media itu berwujud grafik, foto, alat mekanik, dan elektronik yang digunakan untuk menangkap, memproses serta menyampaikan informasi. Arti luas: kegiatan yang dapat menciptakan suatu kondisi, sehingga memungkinkan peserta didik dapat memeperoleh pengetahuan, keterampilan dan sikap yang baru.

Asosiasi Pendidikan Nasional (National Education Association) memberi batasan bahwa media adalah bentuk-bentuk komunikasi baik tercetak maupun audio visual serta peralatannya. Media hendaknya dapat dimanipulasi, dilihat, didengar, dan dibaca).

Bila media adalah sumber belajar, maka secara luas media dapat diartikan dengan manusia, benda, ataupun peristiwa yang memungkinkan siswa memperoleh pengetahuan dan keterampilan. Dalam proses belajar mengajar kehadiran media mempunyai arti yang cukup penting. Karena dalam kegiatan tersebut ketidakjelasan bahan yang disampaikan dapat dibantu dengan menghadirkan media sebagai perantara. Kerumitan bahan yang akan disampaikan kepada anak didik dapat disederhanakan dengan bantuan media. Media dapat mewakili apa yang kurang mampu guru ucapkan melalui kata-kata atau kalimat tertentu, bahkan keabstrakan bahan dapat dikonkretkan dengan kehadiran media. Dengan demikian siswa lebih mudah mencerna bahan daripada tanpa bantuan media.

Media video pembelajaran dapat dogolongkan ke dalam jenis media Audio Visual Aids ( AVA) atau media yang dapat dilihat dan didengar. Basanya media ini disimpan dalam bentuk piringan atau pita. Media VCD adalah media dengan sistem penyimpanan Ahmad Rohani, Media Instruksional Edukatif, 2.dan perekaman video dimana signal audio visual direkam pada disk plastik bukan pada pita magnetik.

Landasan Media Pembelajaran
A. Landasan Psikologis Media Pembelajaran
Landasan psikologis penggunaan media pembelajaran ialah alasan atau rasional mengapa media pembelajaran dipergunakan ditinjau dari kondisi pebelajar dan bagaimana proses belajar itu terjadi. Walaupun telah diketahui adanya pandangan yang berbeda tentang belajar dan bagaimana belajar itu terjadi, namun dapat dikatakan bahwa belajar itu adalah suatu proses yang mengakibatkan adanya perubahan perilaku oleh adanya pengalaman. Perubahan perilaku itu dapat berupa bertambahnya pengetahuan, diperolehnya ketrampilan atau kecekatan dan berubahnya sikap seseorang yang telah belajar. Pengetahuan dan pengalaman itu diperoleh melalui pintu gerbang alat indera pebelajar karena itu diperlukan rangsangan (menurut teori Behaviorisme) atau informasi (menurut teori Kognitif), sehingga respons terhadap rangsangan atau informasi yang telah diproses itulah hasil belajar diperoleh.

Selain itu proses belajar terjadi secara individual atau perseorangan, sehingga apa yang terjadi pada pebelajar A dan pebelajar B terhadap rangsangan atau informasi yang sama tidak pernah menghasilkan perolehan belajar yang sama pula. Upaya yang dapat dilakukan dalam kegiatan pembelajaran ialah menyediakan rangsangan dan informasi yang ditata dan diorganisasikan dengan cara yang bermacam-macam agar pebelajar yang memiliki kondisi dan karakteristik yang berbeda-beda dapat memperoleh pengalaman belajar yang optimal. Penyediaan informasi dan pengalaman belajar harus disesuaikan dengan tingkat kemampuan pebelajar. Tingkat kemampuan yang dimaksud antara lain ialah tingkat berfikirnya.

Jean Piaget mengemukakan bahwa seseorang memiliki tingkatan berfikir sesuai dengan perkembangan usianya. Menurut Piaget perkembangan berfikir itu mulai tingkat sensori motor (0-2th), tingkat pra operasional (2-7th), tingkat operasional kongkrit (7-11th), dan tingkat operasi formal (11-ke atas). Manusia belajar melalui pergaulannya dengan lingkungannya. Dalam pengenalan lingkungan itu, pebelajar melalui tiga tahapan belajar, yaitu tingkat kongkrit, tingkat skematis dan tingkat abstrak.

Dalam proses pembelajaran, pebelajar dapat memperoleh berbagai jenis pengalaman. Edgar Dale mengemukakan jenjang pengalaman itu berdasarkan derajad kekongkritan dan keabstrakannya. Dale menggambarkan jenjang pengalaman itu dalam suatu model yang disebut kerucut pengalaman (the cone of experiences). Melalui bagan yang dibuat Dale membagi jenjang pengalaman itu dua belas tingkatan, yaitu: pengalaman belajar langsung dengan objek; pengalaman belajar tidak secara langsung dengan objek; pengalaman belajar yang diperoleh memalui suatu pertunjukkan, roleplay atau sosiodrama; pengalaman belajar yang diperoleh melalui kegiatan demontrasi/peragaan; pengalaman belajar yang diperoleh melalui studi wisata atau kunjungan untuk belajar tidak hanya untuk rekreasi atau karya wisata; pengalaman belajar yang diperoleh melalui pameran; pengalaman belajar yang diperoleh melalui televisi pendidikan; pengalaman belajar yang diperoleh melalui film atau gambar bergerak; pengalaman belajar yang diperoleh melalui gambar diam, foto atau slide; pengalaman belajar yang diperoleh melalui siaran radio atau rekaman suara tidak ada visualnya; pengalaman belajar yang diperoleh melalui simbol yang dapat dilihat seperti bagan, skema, tabel atau diagram; dan pengalaman belajar yang diperoleh melalui simbol verbal atau kata-kata. Dengan berbagai jenjang pengalaman yang diperoleh pebelajar, maka pebelajar akan beroleh pengalaman yang semakin lengkap.

B. Landasan Historis Media Pembelajaran
Yang dimaksud dengan landasan historis media pembelajaran ialah rasional penggunaan media pembelajaran ditinjau dari sejarah konsep istilah media digunakan dalam pembelajaran. Untuk mengetahui latar belakang sejarah penggunaan konsep media pembelajaran marilah kita ikuti penjelasan berikut ini.

Perkembangan konsep media pembelajaran sebenarnya bermula dengan lahirnya konsepsi pengajaran visual atau alat bantu visual sekitar tahun 1923. Yang dimaksud dengan alat bantu visual dalam konsepsi pengajaran visual ini adalah setiap gambar, model, benda atau alat yang dapat memberikan pengalaman visual yang nyata kepada pebelajar.

Kemudian kosep pengajaran visual ini berkembang menjadi “audio visual instruction” atau “audio visual education” yaitu sekitar tahun 1940. Sekitar tahun 1945 timbul beberapa variasi nama seperti “audio visual materials”, “audio visual methods”, dan “audio visual devices”. Inti dari kosepsi ini adalah digunakannya berbagai alat atau bahan oleh guru untuk memindahkan gagasan dan pengalaman pebelajar melalui mata dan telinga. Pemanfaatan konsepsi audio visual ini dapat dilihat dalam “Kerucut Pengalaman” dari Edgar Dale.

Perkembangan besar berikutnya adalah munculnya gerakan yang disebut “audio visual communication” pada tahun 1950-an. Dengan diterapkannya konsep komunikasi dalam pembelajaran, penekanan tidak lagi diletakkan pada benda atau bahan yang berupa bahan audio visual untuk pembelajaran, tetapi dipusatkan pada keseluruhan proses komunikasi informasi atau pesan dari sumber (guru, materi atau bahan) kepada penerima (pebelajar). Gerakan komunikasi audio visual memberikan penekakan kepada proses komunikasi yang lengkap dengan menggunakan sistem pembelajaran yang utuh. Jadi konsepsi audio visual berusaha mengaplikasikan konsep komunikasi, sistem, desain sistem pembelajaran dan teori belajar dalam kegiatan pembelajaran.

Perkembangan berikutnya terjadi sekitar tahun 1952 dengan munculnya konsepsi “instructional materials” yang secara kosepsional tidak banyak berbeda dengan konsepsi sebelumnya. Karena pada intinya konsepsi ini ialah mengaplikasikan proses komunikasi dan sistem dalam merencanakan dan mengembangkan materi pembelajaran. Beberapa istilah yang merupakan variasi penggunaan konsepsi “instructional materials” adalah “teaching/ learning materials”, “learning resources”.

Dalam tahun 1952 ini juga telah digunakan istilah “educational media” dan “instructional media”, yang sebenarnya secara konsepsional tidak mengalami perubahan dari konsepsi sebelumnya, karena di sini dimaksudkan untuk menunjukkan kegiatan komunikasi pendidikan yang ditimbulkan dengan penggunaan media tersebut. 

Puncak perkembangan konsepsi ini terjadi sekitar tahun 1960-an. Dengan mengaplikasikan pendekatan sistem, teori komunikasi, pengembangan sistem pembelajaran, dan pengaruh psikologi Behaviorisme, maka munculah konsep “educational technology” dan/ atau “instructional technology” di mana media pendidikan atau media pembelajaran merupakan bagian dari padanya.

C. Landasan Teknologis
Media pembelajaran sasaran akhir dari teknologi pembelajaran adalah memudahkan belajar bagi pebelajar. Untuk mencapai sasaran akhir ini, teknolog-teknolog di bidang pembelajaran mengembangkan berbagai sumber belajar untuk memenuhi kebutuhan setiap pebelajar sesuai dengan karakteristiknya. Dalam upaya itu, teknologi berkerja mulai dari pengembangan dan pengujian teori-teori tentang berbagai media pembelajaran melalui penelitian ilmiah, dilanjutkan dengan pengembangan desainnya, produksi, evaluasi dan memilih media yang telah diproduksi, pembuatan katalog untuk memudahkan layanan penggunaannya, mengembangkan prosedur penggunaannya, dan akhirnya menggunakan baik pada tingkat kelas maupun pada tingkat yang lebih luas lagi (diseminasi).

Semua kegiatan ini dilakukan oleh para teknolog dengan berpijak pada prinsip bahwa suatu media hanya memiliki keunggulan dari media lainnya bila digunakan oleh pebelajar yang memiliki karakteristik sesuai dengan rangsangan yang ditimbulkan oleh media pembelajaran itu. Dengan demikian, proses belajar setiap pebelajar akan amat dimudahkan dengan hadirnya media pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik belajarnya.

Media pembelajaran sebagai bagian dari teknologi pembelajaran memiliki enam manfaat potensial dalam memecahkan masalah pembelajaran, yaitu:
1. Meningkatkan produktivitas pendidikan (Can make education more productive).
Dengan media dapat meningkatkan produktivitas pendidikan antara lain dengan jalan mempercepat laju belajar siswa, membantu guru untuk menggunakan waktunya secara lebih baik dan mengurangi beban guru dalam menyajikan informasi, sehingga guru lebih banyak membina dan mengembangkan kegairahan belajar siswa. 

2. Memberikan kemungkinan pembelajaran yang sifatnya lebih individual (Can make education more individual). Pembelajaran menjadi lebih bersifat individual antara lain dalam variasi cara belajar siswa, pengurangan kontrol guru dalam proses pembelajaran, dan memberikan kesempatan kepada siswa untuk berkembang sesuai dengan kemampuan dan kesempatan belajarnya.

3. Memberikan dasar yang lebih ilmiah terhadap pembelajaran (Can give instruction a more scientific base). Artinya perencanaan program pembelajaran lebih sistematis, pengembangan bahan pembelajaran dilandasi oleh penelitian tentang karakteristik siswa, karakteristk bahan pembelajaran, analisis instruksional dan pengembangan desain pembelajaran dilakukan dengan serangkaian uji coba yang dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah.

4. Lebih memantapkan pembelajaran (Make instruction more powerful).
Pembelajaran menjadi lebih mantap dengan jalan meningkatkan kapabilitas manusia menyerap informasi dengan melalui berbagai media komunikasi, di mana informasi dan data yang diterima lebih banyak,lengkap dan akurat.

5. Dengan media membuat proses pembelajaran menjadi lebih langsung/ seketika (Can make learning more immediate). Karena media mengatasi jurang pemisah antara pebelajar dan sumber belajar, dan mengatasi keterbatasan manusia pada ruang dan waktu dalam memperoleh informasi, dapat menyajikan “kekongkritan” meskipun tidak secara langsung.6. Memungkinkan penyajian pembelajaran lebih merata dan meluas (Can make access to education more equal).

D. Landasan Empirik Media Pembelajaran
Berbagai temuan penelitian menunjukkan bahwa ada interaksi antara penggunaan media pembelajaran dan karakteristik pebelajar dalam menentukan hasil belajar siswa. Artinya bahwa pebelajar akan mendapat keuntungan yang signifikan bila ia belajar dengan menggunakan media yang sesuai dengan karakteristiknya. Pebelajar yang memiliki gaya visual akan lebih mendapat keuntungan dari penggunaan media visual, seperti film, video, gambar atau diagram; sedangkan pebelajar yang memiliki gaya belajar auditif lebih mendapatkan keuntungan dari penggunaan media pembelajaran auditif, seperti rekaman, radio, atau ceramah guru.

Atas dasar ini, maka prinsip penyesuaian jenis media yang akan digunakan dalam kegiatan pembelajaran dengan karakteristik individual pebelajar, menjadi semakin mantap. Pemilihan dan penggunaan media hendaknya jangan didasarkan pada kesukaan atau kesenangan guru, tetapi dilandaskan pada kecocokan media itu dengan karakteristik pebelajar.

3. Peran dan Fungsi Media VCD Dalam Pendidikan
Media video merupakan salah satu jenis media audio visual. Jenis media audio visual ini misalnya film. Akan tetapi, yang akan dibicarakan disini hanyalah media video, karena media inilah yang sudah banyak dikembangkan untuk keperluan pembelajaran, sebagian besar fungsi film sudah dapat digantikan oleh media video. 

Pengoperasiannya pun jauh lebih praktis sehingga tidak heran jika media video saat ini lebih populer dan diminati dibanding media film. Oleh karena itu, saat ini media video telah banyak diproduksi untuk keperluan pembelajaran.

Penggunaan video semakin lama semakin populer dalam masyarakat kita, jenisnya pun beragam salah satunya dalam bentuk VCD. VCD adalah video digital yang disimpan dalam piringan disk (CD). Produk ini muncul pada tahun 1992, dengan philip sebagai salah satu promotor utamanya. Format ini memanfaatkan medium CD yang sebelumnya sudah dikenal dengan format audio CD. Dengan memasukkan informasi dan audio untuk mememenuhi ruang 650MB/700MB yang disediakan oleh medium CD ini, format VCD diperkenalkan untuk menjadi tandingan Laser Disk (LD), yang secara fisik bentuknya lebih besar dan lebih berat.

Kegiatan belajar mengajar di kelas merupakan suatu dunia komunikasi tersendiri di mana guru dan siswa bertukar pikiran untuk mengembangkan ide dan pengertian, sehingga kegiatan belajar mengajar ini mengandung muatan apa yang disebut dengan “komunikasi edukatif” artinya tujuan akhir dilakukannya proses komunikasi adalah mengembangkan pengetahuan, keterampilan dan nilai sikap anak didik.

Komunikasi yang terjadi sering menimbulkan penyimpangan-penyimpangan sehingga komunikasi tidak dapat berjalan secara efektif dan efisien. Penyimpangan dalam komunikasi menyebabkan hambatan bagi anak didik yang disebabkan kecenderungan verbalisme, ketidaksiapan guru dan keluarga, serta kurang minat dalam belajar. Salah satu di antara cara untuk mengatasi keadaan demikian ialah penggunaan media dalam proses belajar mengajar, karena fungsi media dalam kegiatan tersebut di samping sebagai penyaji stimulus informasi, sikap, dan meningkatkan keserasian dalam penerimaan informasi. Pada hal-hal tertentu media juga berfungsi untuk mengukur langkah-langkah kemajuan serta untuk memberikan umpan balik (feed back).

Tendensi mengajar yang efektif adalah bila pengajar menggunakan alat bantu mengajar dengan media audiovisual. Bertujuan agar siswa lebih berkonsentrasi dalam belajar, memberikan pengalaman yang kongkret, menghindari suasana belajar yang membosankan dan lebih sistematsis dalam belajar. Shackuford dan Henak, berpendapat bahwa cara pengajaran yang efektif akan terbentuk kalau pengajarnya juga bertindak efektif. Sebab pengajar bertindak sebagai manajer yang harus mengambil keputusan untuk aktivitas yang dilakukan agar berjalan secara efektif. 

Tiap pengajar mempunyai kesenangan atau keahlian di dalam memilih media pengajaran. Media pengajaran atau intruktional design yang dipakai sebaiknya sesuai dengan bahan ajar atau materi yang diberikan. Karena perkembangan media pengajaran yang semakin maju, pengajar perlu memanfaatkannya dalam proses belajar-mengajar. Penggunaan media pengajaran mendorong siswa lebih cepat dalam meyerap informasi yang disampaikan, karena siswa akan lebih termotivasi untuk belajar. Berdasarkan penelitian Colletti, diungkapkan bahwa penggunaan media pengajaran lebih efektif dibandingkan penggunaan model pengajaran lainnya. Setelah proses pembelajaran selesai tahap selanjutnya adalah evaluasi untuk mengetahui hasil belajar siswa dimana bisa dilihat media mana yang lebih efektif digunakan antara dan gambar cetak dan untuk mengetahui pencapaian kriteria ketuntasan minimal (KKM). Evaluasi atau penilaian dapat dilakukan melalui tes tertulis, lisan, pemberian tugas-tugas, kuis dan lainnya.

Penggunaan media pembelajaran khususnya media VCD mempunyai nilai-nilai praktis sebagai berikut:
a. Media dapat mengatasi keterbatasan pengalaman yang dimiliki siswa, pengalaman masing-masing individu tidak sama atau berbeda-beda, dalam hal ini media pembelajaran dapat mengatasi perbedaan tersebut.
b. Media dapat mengatasi ruang kelas, banyak hal yang sukar dialami secara langsung oleh siswa di dalam kelas, misalnya obyek terlalu besar atau terlalu kecil, maka dengan penggunaan media pembelajaran akan dapat diatasi kesukaran-kesukaran tersebut.
c. Media memungkinkan adanya interaksi langsung antara siswa dengan lingkungan.
d. Media menghasilkan keseragaman penghayatan, pengamatan yang dilakukan siswa dapat bersama-sama diarahkan kepada hal-hal yang dianggap penting sesuai dengan tujuan yang akan dicapai.
e. Media dapat menanamkan konsep dasar yang benar, konkret dan realistik terutama media VCD.
f. Media dapat membangkitkan keinginan dan minat baru.
g. Media dapat memberikan pengalaman yang integral dari suatu yang konkret sampai kepada sesuatu yang abstrak.

Adapun hakikat fungsi media pembelajaran khususnya pada media pembelajaran VCD, yaitu:
1) Menyampaikan informasi dalam proses belajar mengajar
2) Memperjelas informasi pada waktu tatap muka dalam proses belajar mengajar
3) Melengkapi dan memperkaya informasi dalam kegiatan belajar mengajar
4) Mendorong motivasi siswa
5) Meningkatkan efektivitas dan efesiensi dalam penyampaian materi pelajaran
6) Menambah variasi dalam menyajikan materi pelajaran
7) Menambah pengertian nyata tentang suatu pengetahuan
8) Memberikan pengalaman-pengalaman yang tidak diberikan para guru, serta membuka cakrawala yang lebih luas, sehingga pendidikan bersifat produktif
9) Kemungkinan peserta didik memilih kegiatan belajar sesuai dengan kemampuan, bakat dan minatnya
10) Mendorong terjadinya interaksi langsung antara peserta didik dengan guru, peserta didik dengan peserta didik, dan peserta didik dengan lingkungannya.

Dengan demikian, fungsi media pembelajaran yang telah dipaparkan harus bisa digunakan sesuai dengan fungsi media-media yang ada pada media pembelajaran khususnya media VCD terhadap mata pelajaran atau materi yang telah diajarkan guru kepada siswa pada mata pelajaran. Uraian dibawah ini memeberikan petunjuk bahwa agar proses belajar mengajar dapat berhasil dengan baik, siswa sebaiknya diajak untuk memanfaatkan semua alat inderanya. Guru berupaya untuk menampilkan rangsangan (stimulus) yang dapat diproses dengan berbagai indera. Semakin banyak alat indera yang digunakan untuk menerima dan mengolah informasi semakin besar kemungkinan Ahmad Rohani, Media Instruksional Edukatif (Jakarta: Rineka Cipta, 1997), 29.informasi tersebut dimengerti dan dapat dipertahankan dalam ingatan. Dengan demikian siswa diharapkan akan dapat menerima dan menyerap dengan mudah dan baik pesan-pesan dalam materi yang disajikan.

Levie & Levie yang membaca kembali hasil-hasil penelitian tentang belajar melalui stimulus gambar dan stimulus kata atau visual dan verbal menyimpulakan bahwa stimulus visual menghasilkan hasil belajar yang lebih baik untuk tugas-tugas seperti mengingat, mengenali, mengingat kembali, dan menghubung-hubungkan fakta dan konsep. Dipihak lain, stimulus verbal memberi hasil belajar yang lebih apabila pembelajaran itu melibatkan ingatan yang berurut-urutan (sekuensial). Hal ini merupakan salah satu bukti dukungan dual coding hypothesis (Hipotesis koding ganda) dari Paivio. Konsep itu mengatakan bahwa ada dua sistem ingatan manusia, satu untuk mengolah simbol-simbol verbal kemudian menyimpannya dalam bentuk proposisi image, dan yang lainnya untuk mengolah image nonverbal yang kemudian disimpan dalam bentuk proposisi verbal. 

Belajar dengan menggunakan indera ganda pandang dan dengar- berdasarkan konsep diatas akan memberikan keuntungan bagi siswa. Siswa akan belajar lebih banyak daripada jika materi pelajaran disajikan hanya dengan stimulus pandang atau hanya dengan stimulus dengar. Para ahli memiliki pandangan yang searah tentang hal itu. Perbandingan pemerolehan hasil belajar melalui indera pandang dan indera dengar sangat menonjol perbedaannya. kurang lebih 90% hasil belajar seseorang diperoleh dari indera pandang, dan sekitar 5 % diperoleh dari indera dengar dan 5% lagi dari indera lainnya. Sementara itu, Dale memperkirakan bahwa pemerolehan hasil belajar melalui indera pandang berkisar 75%, melalui indera dengar sekitar 13% dan melalui indera lainnya 12%.

Salah satu gambaran yang paling banyak dijadikan acuan sebagai landasan teori penggunaan media dalam proses belajar adalah Dale’s Cone of Experiance (kerucut pengalaman Dale). Kerucut ini merupakan elaborasi yang rinci dari konsep tiga tingkatan pengalaman yang diungkapkan oleh Bruner. Hasil belajar seseorang diperoleh dari hasil pengalaman langsung (kongkret), kenyataan yang ada dilingkungan kehidupan seseorang kemudian melalui benda tiruan, sampai kepada lambang verbal (abstrak). Semakin keatas dipuncak kerucut semakin abstrak media penyampai pesan itu. Perlu dicatat bahwa urutan-urutan ini tidak berarti proses belajar dan interaksi mengajar belajar harus dimulai dari pengalaman langsung, tetapi dimulai dengan jenis pengalaman yang paling sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan kelompok siswa yang dihadapi dengan mempertimbangkan situasi belajarnya. 

Tingkat keabstrakan pesan atau semakin tinggi ketika pesan itu dituangkan ke dalam lambang-lambang seperti bagan, grafik, atau kata. Jika pesan terkandung dalam lambang-lambang seperti itu, indera yang dilibatkan untuk menafsirkannya akan semakin terbatas yakni indera pendengaran dan indera penglihatan. Meskipun tingkat partisipasi fisik berkurang namun, keterlibatan imajinatif semakin bertambah dan berkembang. Sesungguhnya, pengalaman konkret dan pengalaman abstrak dialami silih berganti; hasil belajar dari pengalaman langsung mengubah dan memperluas jangkuan abstrak seseorang, dan sebaliknya, kemampuan interpretasi lambang kata membantu seseorang untuk memahami pengalaman yang didalamnya ia terlibat langsung.

Seperti yang telah dikemukakan di muka bahwa media pembelajaran mempunyai fungsi yang cukup berarti di dalam proses belajar mengajar, seperti berikut:
a) Menurut Derek Rowntree, media pendidikan berfungsi: (1) Membangkitkan motivasi belajar; (2) Mengulang apa yang telah dipelajari; (3) Menyediakan stimulus belajar; (4) Mengaktifkan respon peserta didik; (5) Memeberikan balikan dengan segera; (6) Menggalakkan latihan yang serasi.

b) Menurut MKnown ada 4 fungsi, yaitu: (1) Mengubah titik berat pendidikan formal, yaitu dari pendidikan yang menekankan pada instruksional akademis menjadi pendidikan yang mementingkan kebutuhan kehidupan peserta didik. (2) Membangkitkan motivasi peserta didik karena: (a) Media instruksional edukatif pada umumnya merupakan sesuatu yang baru bagi peserta didik, sehingga menarik perhatian peserta didik; (b) Penggunaan media instruksional edukatif memberikan kebebasan kepada peserta didik lebih besar dibandingkan dengan cara belajar tradisional; (c) Media instruksional edukatif lebih konkret dan lebih mudah dipahami; (d) Memungkinkan peserta didik untuk berbuat sesuatu; (e) Mendorong peserta didik untuk ingin tahu lebih banyak; (f) Memberikan kejelasan. (Clarification); (g) Memberikan rangsangan (Stimulus).

c) Berdasarkan hasil penyelidikan terhadap kegunaan berbagai media instruksional edukatif oleh Edgar Dale, YD Finn dan F. Hoband di Amerika Serikat, dapat ditarik kesimpulan bahwa apabila Audio Visual Aid (AVA) digunakan secara baik akan memberikan sumbangan pendidikan sebagai berikut: (1) Memberikan dasar pengalaman konkret bagi pemikiran dengan pemahaman-pemahaman abstrak, (2) Mempertinggi perhatian anak, (3) Memberikan realitas, sehingga mendorong adanya self activity, (4) Memberikan hasil belajar yang permanen, (5) Menambah perbendaharaan bahasa anak yang benar-benar dipahami (tidak verbalistik), (6) Memberikan pengalaman yang sukar diperolah dengan cara lain.

Pendapat lain mengatakan bahwa fungsi Media instruksional edukatif adalah: 
(a) Menyampaikan informasi dalam proses belajar mengajar, (b) Memperjelas informasi pada waktu tatap muka pada waktu belajar mengajar, (c) Mendorong motivasi belajar, (d) Meningkatkan efektifitas dan efesiensi dalam menyampaikannya, (e) Melengkapi dan memperkaya informasi dalam proses belajar mengajar, (f) Menambah variasi dalam menyajikan materi, (g) Menambah pengertian nyata tentang suatu pengetahuan, (h) Memberikan pengalaman-pengalaman yang tidak diberikan guru, serta memberikan cakrawala yang lebihluas, sehingga pendidikan bersifat produktif, (i) Memungkinkan peserta didik memilih kegiatan belajar sesuai dengan kemampuan, bakat dan minatnya, (j) Mendorong terjadinya interaksi langsung, antara peserta didik dan guru, peserta didik dan peserta didik, serta peserta didik dengan lingkungannya, (k) Memecah terjadinya verbalisme, (l) Dapat mengatasi keterbatasan ruang dan waktu, (m) Dengan menggunakan Media instruksional edukatif secara tepat, dapat menimbulkan semangat, yang lesu menjadi bergairah, pelajaran yang berlangsung menjadi lebih hidup, (n) Mudah dicerna dan tahan lama dalam menyerap pesanpesan (informasinya sangat membekas, tidak mudah lupa), (o) Dapat mengatasi watak dan pengalaman yang berbeda.

Posting Komentar

0 Komentar